GREATINFOKINI.COM -Ketua tim Pengawal Peristiwa Pembunuhan (TP3) Laskar FPI, Abdullah Hehamahua, kembali mengeluarkan tudingannya ke salah ...
GREATINFOKINI.COM -Ketua tim Pengawal Peristiwa Pembunuhan (TP3) Laskar FPI, Abdullah Hehamahua, kembali mengeluarkan tudingannya ke salah satu tokoh publik, yakni Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.
Ya, mantan penasihat KPK itu menganggap bahwasanya penembakan enam anggota Laskar FPI sangat erat kaitannya dengan Ahok yang kalah di Pilgub 2017 silam.
“Ini soal politik, karena 2017, dalam teori politik apa pun, Ahok harus menang jadi gubernur,” ujar Abdullah Hehamahua, dikutip terkini.id dari Netralnews pada Kamis, 15 April 2021.
Pernyataan yang bersifat tudingan itu kontan membuat Hehamahua mencuri perhatian banyak netizen.
Bahkan, sebuah akun gosip Facebook, Mak Lambe Turah, turut mengunggah berita tersebut pada Kamis ini, 15 April 2021 yang kemudian dikomentari oleh para netizen.
“Astaga…nih orang tua bukannya makin tua banyak berzikir malah banyak nyinyir,” tanggap akun MLT.
“Nah nah mantan loh….kpk loh….kok bs yah. knp kgk bilang skalian kasus sarang burung walet pelanggaran HAM hingga menghilangkan nyawa diusut. kan tau uud tuh. ini lah knp kpk dah kgk murni,” timpal akun Rudolf Sianipar.
“Emang dasarnya tukang fitnah,” cibir akun Wahyudin Roseman.
Seperti yang kita tahu, hingga saat ini kasus penembakan mati enam anggota Laskar Front Pembela Islam (FPI) yang dilakukan oleh polisi di Jalan Tol Jakarta-Cikampek KM 50 pada 7 Desember 2020 lalu memang masih dalam penyelidikan.
Sejumlah pihak meyakini bahwa ada motif politik tertentu di balik peristiwa yang dianggap sebagai unlawful killing tersebut, termasuk Abdullah Hehamahua yang merupakan ketua tim Pengawal Peristiwa Pembunuhan (TP3) Laskar FPI.
Menurutnya, secara garis besar, kasus penembakan mati enam anggota laskar FPI itu bersifat politis dan bukan kriminal murni.
Tak lupa, ia juga mengaitkan kasus tersebut dengan kepulangan Rizieq Shihab (HRS) dari Arab Saudi.
Berdasar pengakuan Hehamahua saat bertemu dengan HRS di Mekkah, Arab Saudi, pada tahun 2019, saat itu pemerintah Indonesia tengah melarang Rizieq keluar dari Arab.
Hal itu yang membuatnya heran dan curiga mengapa tiba-tiba pemerintah seolah berubah sangat welcome pada Rizieq di tahun 2020.
“Kenapa tiba-tiba di tahun 2020 pemerintah begitu welcome terhadap Rizieq? Ini kan jadi pertanyaan,” ujarnya.
Bukti bahwa kasus tersebut politis, kata mantan penasihat Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) itu, dapat dilihat dari rangkaian kegiatan FPI dan Rizieq semenjak pulang dari Arab.
Bahkan ia yakin bahwasanya benang merah kasus penembakan tersebut dapat ditarik hingga ke soal kekalahan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok pada Pilgub DKI 2017 silam.
“Nikahan itu aparat pemerintah tahu, intel tahu, kenapa tidak diantisipasi? Ini kan semacam dijebak,” ungkap Hehamahua.
“Lalu terjadi kasus pelanggaran prokes. Bayar cash Rp50 juta.
Ini soal politik karena 2017, dalam teori politik apa pun, Ahok harus menang jadi gubernur.”
Ia lantas melanjutkan bahwa kasus penembakan enam Laskar FPI merupakan pelanggaran HAM yang berat hingga ia pun sangat mengecamnya dan turut bersedih.
“Kucing meninggal saja saya sedih. Ada yang menganiaya saya marah. Ini enam orang anak muda yang mempunyai potensi menjadi calon pemimpin masa depan,” pungkas Abdullah Hehamahua.
S:Makassar Terkini