GREATINFOKINI.COM - Pegiat media sosial dan pengamat politik, Ninoy K Karundeng, mengatakan, di Negara Kesatuan Republik Indonesia, ini, ad...
GREATINFOKINI.COM - Pegiat media sosial dan pengamat politik, Ninoy K Karundeng, mengatakan, di Negara Kesatuan Republik Indonesia, ini, ada tiga orang yang bebas ngomong, ngompori, provokasi.
“Tapi Negara justru takut. Mereka adalah Munarman, Anies Baswedan, dan Jusuf Kalla.
Mereka memiliki kesamaan, yakni menggunakan agama sebagai alat politik, dan trio the untouchables terkait organisasi massa teroris Front Pembela Islam, FPI,” tulis Ninoy K Karundeng dalam akun facebook-nya, Senin pagi, 12 April 2021.
Munarman adalah master, otak, selain pentolannya, Muhammad Rizieq Shihab (MRS). MRS tidak punya latar belakang ilmu agama.
MRS hanya penjual bibit parfum Arab, memimpin organisasi massa berkedok agama. Pantas pengajiannya hanya hasutan dan kebencian.
“Publik yang bahlul, dengan menjual agama, seperti kata Buni Yani, mendukung FPI. Lima bulan lalu di Republik masih bergema para bahlul siap berjihad membela MRS.
Padahal MRS cuma penjual parfum di emperan musholla di Tanah Abang. MRS saat memimpin FPI mengendalikan peredaran minuman keras di bawah kolong jembatan Tenabang,” tulis Ninoy K Karundeng.
Munarman memilih MRS yang mau melakukan perintah Munarman, berbicara ngawur, memfitnah, dan melakukan framing membenci pemerintahan.
MRS yang ingin kaya raya tanpa bekerja keras, dipasang oleh Munarman menjadi corong FPI.
Sementara Munarman mengendalikan seluruh strategi agar duit mengalir.
MRS tetap mendapat bagian besar duit dari para bohir, cukong dari mulai Cendana, Cikeas, dan Chaplin – serta sembilan Naga.
“Saking kuatnya Munarman sanggup menghambat perintah Presiden Joko Widodo. Negara gagal mengambil alih tanah Megamendung yang menjadi Markaz Syariah.
Meski Pesantren Megamendung adalah tempat latihan para teroris FPI. Simbol Kerajaan FPI. Sampai saat ini, PTPN VIII sebagai pemilik lahan ketakutan. Tidak berani mengambil haknya,” tulis Ninoy K Karundeng.
Tak satu pun pejabat di republik ini berani mengeksekusi lahan milik negara yang diserobot organisasi teroris FPI.
Lobby Munarman sampai ke level Menteri. “Edan benar Republik ini,” kata Ninoy K Karundeng.
Terkait The Islamic State of Iraq and Syria (ISIS), Munarman tetap bebas.
Munarman menghadiri baiat ISIS di markas FPI di Makassar pun tidak tersentuh hukum.
Selain Munarman, the untouchable adalah pendukung ormas teroris FPI Anies Baswedan.
Dia menggelontorkan duit untuk balapan bodong Formula E. Lebih dari setengah triliun rupiah uang rakyat Daerah Kkhusus Ibukota (DKI) Jakarta dibuang.
Tentang korupsi lahan Rumah Dana Pendahuluan 0 Persen pun Anies tidak tersentuh hukum.
Karena Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Daerah Khusus Ibukota Jakarta dan Anies saling berpelukan erat, satu kesatuan.
“The untouchable lainnya: Jusuf Kalla alias JK. Jusuf Kalla mengompori pendukung FPI untuk melawan Joko Widodo.
JK melontarkan tentang kekosongan kepemimpinan saat MRS berada di puncak kekuatan.”
"Padahal Indonesia memiliki pemimpin Presiden Joko Widodo. Di 2017 saat Pemiihan Kepala Derah di DKI, JK melakukan pembiaran ketika masjid digunakan sebagai ajang kampanye ayat dan mayat,” kata Ninoy K Karundeng.
Kembali ke Munarman. Munarman membuat berita hoaks terkait tewasnya 6 laskar teroris FPI di KM 50.
Dia mem-framing, fitnah menyudutkan polisi. Berbeda dengan Ustadz Maheer yang langsung dicokok, Munarman sampai detik ini tetap bebas.
“Karena sepak terjang Munarman bukan sembarangan. Di tahun 2011, Munarman mengancam SBY untuk dilengserkan jika SBY membubarkan FPI.
SBY ketakutan. Justru akhirnya SBY membesarkan FPI dan HTI. Atas apapun pelanggaran hukum yang dilakukan oleh Munarman, Republik ini justru yang ketakutan,” ujar Ninoy K Karundeng.
“Dan, yang menarik adalah JK, Anies Baswedan, dan Munarman sama-sama pencinta pentolan ormas teroris FPI, MRS. JK yang mendatangkan kembali MRS dari Mekah.”
“Anies Baswedan menyambut dengan suka cita. Bahkan dia mendatangi rumah MRS di Petamburan yang ketika itu bak Negara dalam Negara – dijaga oleh laskar teroris FPI yang dua di antaranya tewas dalam peristiwa kilometer 50, Jakarta.
Itulah kisah trio the untouchables di Republik ini,” tulis Ninyo K Karundeng, di akun facebook, Senin pagi, 12 April 2021.*
S:Suarapemredkalbar.com