GREATINFOKINI.COM - Mantan politisi Partai Demokrat, Ferdinand Hutahaean, mengomentari pernyataan Refly Harun soal Rizieq yang menyelesaik...
GREATINFOKINI.COM - Mantan politisi Partai Demokrat, Ferdinand Hutahaean, mengomentari pernyataan Refly Harun soal Rizieq yang menyelesaikan S3 dan mendapat gelar PhD.
Dalam cuitannya, ia mengatakan bahwa lebih baik hidup seperti orang dulu yang menjunjung tinggi adab serta tata krama.
Menurutnya, orang zaman dahulu selalu menunjukkan adab, moral, etika dan tata krama sebagai makhluk yang derajatnya paling tinggi.
"Lebih baik sprt org2 jaman dulu ketika para leluhur bangsa ini ada.
Mereka tunjukkan adab, moral, tata krama dan etika sebagai mahluk paling tinggi derajatnya dr mahluk lain," ujarnya, seperti dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari cuitan yang diunggah di akun Twitter @FerdinandHaean3.
Tak hanya itu, Ferdinand Hutahaean mengatakan bahwa orang-orang dulu ini cinta terhadap negerinya dan tidak suka mencaci-maki orang lain.
"Mrk jg cinta negerinya, berbudaya tinggi dan tak mencaci serta memaki," tuturnya menambahkan.
Lebih baik sprt org2 jaman dulu ketika para leluhur bangsa ini ada.
Mereka tunjukkan adab, moral, tata krama dan etika sebagai mahluk paling tinggi derajatnya dr mahluk lain. Mrk jg cinta negerinya, berbudaya tinggi dan tak mencaci serta memaki.
https://t.co/KdRkoABYRK— Ferdinand Hutahaean (@FerdinandHaean3) April 16, 2021
Diberitakan sebelumnya, Rizieq dikabarkan baru saja selesai menjalani ujian untuk program S3 yang diambil di Universiti Sains Islam Malaysia.
Halaman:
Sumber: Twitter @FerdinandHaean3
Mantan Imam Besar FPI itu kini telah resmi menyandang gelar PhD usai berhasil menyelesaikan disertasi yang ditulis selama ia ditahan di Rutan Bareskrim Polri.
Menanggapi kabar ini, Refly Harun lantas menyayangkan jika orang berpendidikan seperti Rizieq tidak diberikan kesempatan untuk memberikan kontribusi terhadap bangsa dan negara.
"Apakah kita tidak sayang dengan orang-orang yang punya pendidikan, kemudian punya kemampuan, tentu bisa berkontribusi bagi bangsa dan negara."
"Tapi kita lebih memilih untuk memenjarakannya, dengan sebab dan alasan yang bukan kejahatan sesungguhnya, dengan sebab dan alasan yang remeh temeh, sepele," ujar Refly Harun memaparkan.
Pakar hukum tata negara itu menilai banyak kasus lain yang sebenarnya lebih berat dan lebih layak untuk diproses secara hukum.
Namun, katanya melanjutkan, energi publik dan para penegak hukum justru dihabiskan untuk menyidangkan Rizieq.
"Energi kita justru habis untuk menyidangkan Rizieq, bukan menyidangkan kejahatan-kejahatan atau pelanggaran-pelanggaran Hak Asasi Manusia sesungguhnya," tutur pakar hukum tersebut.***
S:PikiranRakyat-Depok