GREATINFOKINI.COM - Muda, energik dan selalu menginspirasi, jadi gambaran sosok Dhania (24). Meski demikian, deretan panjang pengalaman pah...
GREATINFOKINI.COM - Muda, energik dan selalu menginspirasi, jadi gambaran sosok Dhania (24).
Meski demikian, deretan panjang pengalaman pahit pernah Dhania alami. Bahkan pengalaman yang tak pernah dirasa oleh wanita sebayanya.
Pasalnya wanita kelahiran Jakarta 24 tahun silam tersebut, pernah terlibat dalam propaganda terorisme.
Niatnya pun tak main-main, Dahnia memutuskan bergabung dengan ISIS saat ia duduk di kelas 2 SMA.
Ia juga membujuk keluarganya untuk ikut bergabung dengan kelompok ISIS di Suriah.
Pada 2015, Dahnia berangkat ke Suriah untuk masuk ke wilayah ISIS bersama keluarganya.
Namun, menjalani hidup di wilayah ISIS selama dua tahun di Suriah, ternyata tak seperti yang ia bayangkan.
Bahkan bisa dikatakan 360 derajat dari gambaran yang ia dapatkan di media sosial propaganda ISIS.
Dhania dan keluarga harus bersusah payah menjalani keseharian, hingga ia memutuskan untuk kabur dari wilayah ISIS.
Pada 2017 Dahnia bersama keluarga memutuskan untuk kabur dari wilayah ISIS, dan mereka berhasil dievakuasi Pemerintah Indonesia, untuk kemudian kembali pulang ke tempat asalnya.
Dhania bercerita banyak mengenai pengalamannya saat direkrut oleh kelompok ekstrimis ISIS.
Bahkan ia juga membeberkan awal mula ia tertarik masuk ke dalam kelompok ISIS, dan hijrah ke Suriah.
"Saat di bangku sekolah, orang tua saya sangat sibuk. Dari sana saya menemui titik jenuh.
Apalagi ditambah tugas dan harus terus belajar, seperti itu terus rutinitas yang saya jalani," paparnya, Selasa (21/6/2022).
Hal itu membuat wanita yang pernah menuntut ilmu di salah satu SMA di Kepulauan Riau itu, kecewa kepada keluarganya.
Ia pun mengalihkan kebosanannya ke media sosial.
Di dunia maya, Dhania berselancar di Facebook, hingga Tumblr yang berisi catatan harian muhajirin di Suriah.
"Di Tumblr ada beberapa akun yang saya ikuti, misalnya Diary of Muhajirah dan Al-Muhajirat.
Isinya tentang cerita kehidupan di wilayah ISIS yang begitu indah dan menyenangkan," tuturnya wanita berjilbab itu.
Pendidikan gratis, fasilitas kesehatan gratis, kehidupan yang adil, juga termuat dalam akun media sosial yang ia ikuti.
"Kalau digambarkan, di sana adalah tempat penuh berkah, hal itu membuat saya langsung percaya," ucapnya.
Namun, saat Dhania hijrah dan menjalani hidup di Suriah bersama keluarganya, ia menyaksikan hal berbeda.
"Saya baru sadar hal itu hanya propaganda yang disebarkan di medsos, pendidikan gratis hingga hidup Islami di wilayah ISIS hanya kebohongan.
Untuk itu kami memutuskan kabur, dan bersyukur bisa dievakuasi ke Indonesia lagi," ujarnya.
Dari pengalaman panjangnya, wanita kelahiran Jakarta 1998 itu, berpesan kaum milenial agar tak mudah percaya informasi yang disebar di media sosial.
"Jika menemui informasi apapun, wajib diteliti kembali dari sumber yang lain atau orang yang lebih paham. Karena media sosial sering kali digunakan ekstremis untuk membajak agama demi kepentingan kelompok mereka sendiri," kata wanita yang pernah manjadi bagian dari 18 WNI yang dievakuasi di perbatasan Suriah pada 2017 itu.
Retrunis ISIS tersebut kini aktif dalam berbagai kegiatan kontra kekerasan, dan selalu menyuarakan perdamaian.
Yang terbaru, Dahnia jadi pemeran utama film dokumenter berjudul Seeking The Imam, karya Kreasi Prasasti Perdamaian (KPP).
Guna menggelorakan anti radikalisme, film tersebut diputar di sejumlah sekolah tingkat SMA di beberapa daerah, dan beberapa waktu lalu film Seeking The Imam juga diputar di SMA 1 Batik Solo. (*)
S:Tribun Jateng