GREATINFOKINI.COM - Wasekjen Persaudaraan Alumni 212 Novel Bamukmin menilai terlalu berlebihan jika pernyataan Emha Ainun Najib (Cak Nun) y...
GREATINFOKINI.COM - Wasekjen Persaudaraan Alumni 212 Novel Bamukmin menilai terlalu berlebihan jika pernyataan Emha Ainun Najib (Cak Nun) yang menyebut Jokowi disamakan dengan Fir@un kemudian berujung dipolisikan.
"Lebay pendukung Jokowi marah," kata Novel kepada Warta Ekonomi.
Novel kemudian mengingatkan apa yang menimpa Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang pernah jadi korban penghinaan saat menjabat sebagai presiden. SBY pada saat itu didemo dan disamakan dengan hew@n kerbau.
"Coba bandingkan dengan Presiden SBY ketika saat menjabat sangat dihin@ dengan kerbau dengan tulisan 'Sibuya' di tubuh kerb@u. Mereka yang menghina aman saja karena SBY paham itu adalah bagian dari reaksi masyarakat yang harus ditanggapi dengan bijak," tambahnya.
Ia juga balas mengkritik Cak Nun yang dinilainya gagal paham menyamakan F*raun dengan Jokowi, karena Fir*un adalah penguasa yang berwibawa, cerdas dan telah memakmurkan rakyatnya, berbanding dengan Jokowi yang banyak utang serta rakyat dibikin sengsara.
"Apa yang disampaikan Cak Nun itu lebay dan gagal paham. Justru itu tidak pantas nama Jokowi dibandingkan Fir*un, karena Fi*aun itu cerdas, gagah, berhasil memakmurkan rakyatnya, jauh dari utang, bukan tukang ngibul, bukan jongos bangsa mana pun dan berwibawa jauh berbanding kebalik kenyataannya dengan Jokowi," tegasnya.
Yang menjadi masalah karena Fir*un mengaku sebagai Tuhan, tapi itu tak bisa disejajarkan dengan kepemimpinan Fir*un, jauh persamaannya.
"Masalahnya si Fir*un itu ngaku Tuhan, sementara para pendukung Jokowi terlalu berlebihan bisa-bisa menuhankan penguasa karena mendukung Jokowi membabi buta," pungkasnya.
Ia menilai penguasa dikritik itu hal yang wajar dan itu juga dilindungi oleh konstitusi.
"Sah-sah saja kalau ada yang mengkritik bahkan bully-an sekalipun," tegasnya.
S:wartaekonomi.co.id